GELIAT SIAK SRI INDRAPURA, NEGERI CASTLE BERORIENTASIKAN CULTURE
A.
Pengantar
Menguatnya arus globalisasi merupakan fundamen
terjadinya perubahan dunia, Indonesia sebagai bangsa yang besar, dalam
menghadapi perubahan ini haruslah memperdalam pengetahuan dan mempertajam
identitas diri dan budaya serta menyiapkan kompetensi menghadapi kompetisi yang
ketat ini. Perkembangan globalisasi, akan menimbulkan banyak pengaruh. Salah
satu pengaruh tersebut adalah ketidakteraturan tata ruang di suatu wilayah.
Indikator dasar dalam ketidakteraturan tata ruang di
wilayah Indonesia adalah dengan menjamurnya berbagai gedung, terutama gedung
pencakar langit. Hal ini akan membuat sempit dan tidak adanya lahan penyerap
air serta paru-paru kota. Sehingga dampak dari ketidakteraturan tata ruang
mengakibatkan banjir, notabene akan sangat mengganggu kenyamanan dan kesejahteraan
masyarakat.
Dari banyaknya problema ketidakteraturan tata
ruang di Indonesia ternyata masih ada wilayah yang memiliki tata ruang
menakjubkan, dan sangat menarik dijadikan kajian, dengan penataan tata ruang yang
sangat ramah lingkungan yang bisa kita lihat dari pembangunan kota baru tanpa
merusak tatanan kota lama, dengan drainage yang tertata rapi, wilayah ini berada di pinggiran sungai dan
hampir tidak pernah mengalami bencana banjir, wilayah tersebut adalah Kabupaten
Siak Sri Indrapura.
B.
Gambaran
Umum Kabupaten Siak Sri Indrapura
Kabupaten
Siak merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Propinsi Riau, berdasarkan
hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kabupaten Siak adalah 377,2 ribu
jiwa, yang terdiri atas 196,8 ribu laki-laki dan 180,4 ribu perempuan, dengan jumlah
penduduk yang terus meningkat, Kabupaten Siak telah mampu membuktikan
kesejahteraan rakyatnya dengan pembangunan gedung pemerintahan yang memiliki
perencanaan matang, jembatan Siak yang dibangun dengan batas ketinggian
tertentu, beasiswa bagi anak-anak yang berprestasi, serta penggratisan
pelayanan kesehatan bagi rakyat kurang mampu.
Letak Kabupaten Siak sangat strategis yaitu diantara growth
triangle, Indonesia - Malaysia - Singapura. Hal ini merupakan aset bagi
Kabupaten Siak, untuk menunjukkan diri secara nasional mupun internasional.
Selain tata letak yang strategis Kabupaten Siak memiliki struktur
tanah podsolik merah kuning, batuan, alluvial, tanah organosol dan gley humus
dalam bentuk rawa-rawa atau tanah basah. Lahan semacam ini sangat subur, tentunya sangat tepat untuk
pengembangan pertanian, perkebunan, perikanan dan perindustrian.
Daerah Kabupaten Siak memiliki iklim tropis dengan suhu udara
antara 25°-32° Celsius, dengan kelembaban dan curah hujan cukup tinggi. Namun Kabupaten
Siak jarang mengalami banjir.
C.
Negeri
Istana Berorientasikan Culture
Kabupaten Siak dahulunya merupakan wilayah pusat Kerajaan
Kesultanan Siak Sri Indrapura. Jika kita telusuri kebelakang, Kerajaan Siak Sri
Indrapura merupakan Kerajaan yang besar pengaruhnya di Asia Tenggara, mampu
menguasai 3 wilayah sekaligus yaitu Sumatra, Malaysia, dan Kalimantan. Dalam
perjalanan kekuasaannya, Kerajaan Siak Sri Indrapura tidak pernah mengalami
pertentangan dari rakyatnya. Hal ini dikarenakan prinsip Malay’s Culture
yang terbuka dan membuat rakyat sejahtera.
Selain terkenal akan sungainya yang terdalam di
Indonesia. Kabupaten Siak juga terkenal dengan sebutan Negeri Castle (Istana).
Di Siak terdapat banyak istana yang merupakan peninggalan Kerajaan Siak Sri
Indrapura. Ada sekitar 19 istana yang ada di sekitar wilayah ini, konon katanya
pada zaman dahulu Raja Kecik yang merupakan raja pertama Kerajaan Siak suka
berpindah-pindah kekuasaan dan pada akhirnya ia menemukan tempat yang cocok
sebagai pusat kerajaan yaitu di bantaran sungai Siak. Istana tersebut adalah
Istana Siak yang disebut dengan Istana Asserayah Hasyimyah (Matahari Timur).
Dari 19 istana, gedung-gedung,
perumahan serta pemukiman Kabupaten Siak, ada empat hal yang sangat menarik perhatian penulis
yaitu:
1. Semua
Istana dan bangunan lain menghadap Sungai Siak
2. Adanya
green area seperti pohon dan rerumputan
3. Tinggi
dan kemewahan gedung atau rumah tidak melebihi tinggi dan mewahnya Istana Siak
(Asserayah Hasyimyah).
4. Pembangunan
tata kota baru tanpa merusak tata kota lama dengan pembangunan drainage terlebih dahulu
Empat hal ini jugalah yang
melatar belakangi keserasian dan keteraturan pemukiman penduduk di Kabupaten
Siak. Melalui penulusuran dari beberapa tokoh terkemuka di Kabupaten Siak penyebab
empat hal tersebut terjadi adalah:
1. Merupakan
suatu kearifan lokal bagi masyarakat Siak
2. Menghargai
sungai Siak yang merupakan aset kehidupan bagi orang Siak
3. Kesukaan
masyarakat Siak akan warna hijau
4. Menghargai
dan menghormati Kerajaan
5. Merupakan
peraturan dari pemerintah Kabupaten Siak
6. Memproritaskan
pembanguanan drainage terlebih dahulu.
Dari deskripsi diatas dapat
penulis ambil kesimpulan dari 6 alasan diatas maka terdapat satu alasan yakni hal
tersebut merupakan kearifan lokal orang Siak.Dengan kata lain Negeri Castle
ini merupakan negeri yang berorientasikan kepada Culture (kebudayaan).
Kebudayaan orang Siak yang
sangat menghargai Sungai Siak, Istana Siak dan menyukai warna hijau telah
membentuk sebuah tata ruang yang optimal. Dengan semua bangunan menghadap
sungai Siak (water frontcity), adanya green area serta semua
gedung tidak lebih tinggi daripada Istana Siak, maka akan terbentuklah pola
pemukiman rapi, mempesona serta memanjakan mata kita ketika melihatnya. Hal itu
kemudian kembali akan mengekalkan bahwa Siak tetap menjadi primadona dalam
dunia kepariwisataan Riau khususnya, Indonesia umumnya.
Manusia mempunyai sifat
cenderung membuang sampah ke belakang rumah, apabila rumah yang dibangun
membelakangi sungai maka dengan kata lain manusia membuang sampah ke sungai dan
akan merusak ekosistem alam. Tapi, hal ini tidak akan pernah terjadi di Kabupaten
Siak karena rumah penduduk menghadap sungai Siak, sehingga sungai
merupakan taman halaman rumah mereka, sehingga secara emosional masyarakat Siak
berusaha untuk menjaga keasrian sungai Siak.
Dengan adanya aturan tidak
memperbolehkan membangun gedung melebihi tinggi dan mewahnya Istana Siak, akan
berdampak positif terhadap lapisan pedosfer di Kabupaten Siak, kita
mengetahui bahwa sekitar 50-100 tahun lagi kepulauan di Indonesia akan
mengalami penurunan daratan yang mengakibatkan pulau-pulau dan daratan yang
berada di sekitar laut akan tenggelam. Maka dari itu, Kabupaten Siak akan tetap
terjaga dan tidak teggelam begitu cepat.
Rata-rata orang Siak sangat
menyukai warna hijau, karena bagi mereka hijau mempunyai arti kedamaian. Oleh
karena itu, hampir di setiap rumah dan bangunan mempunyai green area
sekurang-kurangnya pohon.
Selain itu Siak juga mengutamakan pembangunan drainage dalam mengendalikan kemungkinan
terjadinya banjir sekalipun Siak adalah daratan rendah dan berada di pinggir
sungai Siak.
Disamping itu, dengan terus
terjaganya aturan yang berasal dari kearifan lokal rakyat ini, tidak akan ada
manusia yang menunjukkan keserakahannya dengan gedung-gedung pencakar langit di
Siak Sri Indrapura.
Sebagai salah satu kota wisata
budaya yang memiliki aset peninggalan kebudayaan terbanyak di Riau, Siak Sri
Indrapura hari ini telah menjelma menjadi sebuah ibukota kabupaten yang mampu
membuat setap pengunjung merasakan nilai-nilai esensi budaya yang masih sangat
kental. Tata kota yang begitu apik, dengan sangat terencana, diperkirakan Siak
Sri Indrapura akan tampil sebagai icon baru Riau dalam dunia
kepariwisataan.
Itulah beberapa tulisan mengenai tata ruang Kabupaten
Siak negeri Castle yang berorientasikan culture. Dari essay ini
penulis berharap kepada pemerintah dan masyarakat Kabupaten Siak untuk tetap
mempertahankan budaya dalam panataan ruang wilayah. Kepada pemerintah penulis
tidak menganjurkan agar mengikuti penataan ruang Kabupaten Siak. Tapi setidaknya
penataan tata ruang di Siak Sri Indrapura dapat memberi inspirasi bagi kita
untuk mengatasi amburadur tata ruang wilayah indonesia, dimana pemerintah kabupaten Siak Sri Indrapura yang
sangat menghargai kebudayaan dalam penataan ruang.
Komentar
Posting Komentar